Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 35 tahun lalu di pedalaman Papua. Berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di rumah pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah bahkan bisa mencapai ketinggian 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah salah satu di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Dari bahasan tersebut mungkin diantara kalian sudah menangkap point penting mengapa suku korowai hebat dalam membangun tempat tinggal.
Suku Korowai sebagian besar masih mandiri. Mereka menghasilkan kapak dari batu, ada beberapa dari media asing yang berasal dari Korea yang meliput kehidupan suku korowai mereka sangat takjub dan mengagumi suku korowai, bagaimana bisa mereka bisa membangun tempat tinggal hanya dengan kapak yang terbuat dari batu.
sumber: goodnewsfromindonesia.org |
Saya sendiri kagum sekaligus salut pada suku korowai hebat banget mereka bisa membangun rumah pohon tersebut hehehehhe. Bisa jadi suku tersebut satu-satunya suku yang paling berani dan paling hebat membuat rumah diatas pohon dengan ketinggian mulai 30 meter hingga 50 meter dari permukaan tanah.
sumber: sbs tv.com |
Apa Makanan Suku Korowai?
Setiap harinya mereka hidup dengan mengonsumsi berbagai macam hasil alam seperti sagu, pisang, palem, pakis, dan hewan-hewan yang bisa diburu. Selain mengonsumsi hewan-hewan buruan seperti burung kasuari, ular, kadal, rusa, atau babi hutan, masyarakat suku Korowai juga memenuhi nutrisi mereka dengan makan larva kumbang.Masyarakat pemburu Korowai yang pada kesehariannya hanya mengenakan pakaian dari dedaunan ini memiliki berbagai macam bentuk senjata yang disesuaikan dengan hasil buruannya. Misalkan tombak khusus untuk membunuh babi hutan, menebang sagu.
Lalu Bahasa Apa Yang Digunakan?
Satu lagi yang tak kalah unik dari Suku Korowai adalah bahasa, bahasa mereka termasuk dalam keluarga Awyu-Dumut (Papua tenggara) dan merupakan bagian dari filum Trans-Nugini. Sebuah tata bahasa dan kamus telah diproduksi oleh ahli bahasa misionaris Belanda."Satu dari sekian banyak contoh saja, orang luar lebih peduli. kita masih terjebak di rasa ingin tahu yang sedikit, rasa tinggi hati yang luar buasa. haha sedikit sindirin khususnya bagi saya sendiri dan...??"
Baca Juga: Cara Unik Suku Asmat Bertahan HidupMoga negri kita masih mampu untuk tetap melestarikan dan menjaga keunikan suku-suku di Indonesia. Jangan sampai karena ketidak perdulian kita malah satu satu kunikan tersebut hilang dan lenyam dari tanah Indonesia.