Saturday, August 20, 2016

Atlet Badminton Legendaris Indonesia

Atlet-atlet bulu tangkis legendaris Indonesia -  Bulutangkis salah satu olahraga yang mempunyai peminat  luar biasa khususnya di Negeri Kita Indonesia. Badminton atau kita kenal Bulutangkis merupakan salah satu olahraga populer di seluruh dunia yang menjadi bagian dari salah satu cabang olahraga olimpiade sejak tahun 1992. Tidak hanya anak-anak, kaum remaja dan dewasa pun menyukai olahraga yang satu ini. 

Olahraga yang menuntut ketangkasan, mental serta strategi seseorang dalam memainkan raket dan shuttlecock ini memiliki 5 events yang terdiri dari Men’s Singles (Tunggal Putra), Women’s Singles (Tunggal Putri), Men’s Doubles (Ganda Putra), Women’s Doubles (Ganda Putri), Mixed Doubles (Ganda Campuran).

Indonesia sendiri mempunyai riwayat prestasi yang bagus terhadap olahraga bulutangkis. Hal ini tak lepas dari perjuangan para atlet bulutangkis Indonesia kini maupun dahulu. Berikut ini nama atlet bulutangkis legendaris Indonesia yang sempat mengharumkan nama Indonesia dari generasi ke generasi.


1. Rudi Hartono Kurniawan

Posisi legend pertama ditempati Rudi hartono, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949 umur 67 tahun) adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia pada tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960-an dan 1970-an.
eud hartono, kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, "Berdoa." Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.
sumber: id.wikipedia.org
Saat usia 9 tahun, Rudy sudah menunjukkan bakatnya pada olahraga ini. Namun ayahnya, Zulkarnaen Kurniawan, baru menyadari bakatnya ini saat Rudy berusia 11 tahun. Ayahnya adalah pemain bulutangkis yang ikut bertanding di masa mudanya.

Kunci Sukses 'Berdoa'

Banyak orang ingin tahu kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, "Berdoa." Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.

Untuk setiap poin yang ia peroleh selama bertanding, ia ucapkan terima kasih kepada Tuhan, "Terima kasih Tuhan untuk poin ini." Dia terus berkata seperti itu hingga skor terakhir dan pertandingan berakhir. Ia mengatakan kebiasaannya ini dalam biografinya yang diedit oleh Alois A. Nugroho. Ia percaya bahwa manusia berusaha namun Tuhan yang memutuskan.

Kiprahnya di arena bulutangkis semakin meredup setelah ia kalah dari pemain India, Prakash Padukone, dalam semifinal All England pada 1989. "Saya menyadari, saya mulai kewalahan bermain," ujarnya. Meskipun demikian, dengan namanya yang terabadikan di Guiness Book of World Records pada 1982, ia tetap terlibat dalam olahraga yang ia tekuni semenjak kecil ini, di pinggir lapangan. Olahragawan terbaik SIWO/PWI (1969 dan 1974) ini menjadi Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI dalam kurun waktu 1981-1985 di bawah kepengurusan Ferry Sonneville.



2. Liem Swie King

Liem Swie King lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956 adalah seorang pemain bulu tangkis yang pernah menjadi buah bibir setelah mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 saat usia 20 tahun. Swie King kemudian menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali juara ditambah empat kali menjadi finalis.
Liem Swie King dapat dikatakan sebagai pemain yang lengkap. Permainan net yang tajam dan halus, stroke-nya lengkap, smash-nya keras kerap membuat lawan-lawannya kalang kabut
sumber: vidio.com
Sebagai pemain bulu tangkis Liem Swie King dapat dikatakan sebagai pemain yang lengkap. Permainan net yang tajam dan halus, stroke-nya lengkap, smash-nya keras kerap membuat lawan-lawannya kalang kabut. Dilakukan sambil melayang, shuttlecock dipukul saat tubuh belum menyentuh tanah. Smash yang dilakukan sambil meloncat juga menjadi trade mark tersendiri dengan sebutan King Smash.

Di luar semua prestasi yang telah dia capai, banyak pengamat menilai dia punya kekurangan pada mentalnya. Menjelang final All England 1980, setelah lampu-lampu dipadamkan dia tidak segera bisa tidur. Memikirkan lawan perkasa yang sudah garang menantinya: Prakash Padukone dari India.



3. Icuk Sugiarto

Icuk Sugiarto merupakan putra ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Suhardjo dan Ny. Tjiptaningsih. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, 4  Oktober 1962 ini sudah mengenal bulu tangkis sejak usia 12 tahun.
Pada tahun 1989, Icuk memutuskan pensiun sebagai atlit. Namun anak-anaknya, Tommy Sugiarto dan Jauza Fadilla Sugiarto meneruskan perjuangan Icuk sebagai atlit bulu tangkis. Tommy saat berusia 14 tahun sudah berhasil membawa klub bulu tangkis Pelita Bakrie menjadi juara umum di tingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja dan Taruna serta Ganda Remaja Putra.
sumber: tribunolahraga.com
Seiring dengan keahliannya yang semakin meningkat dalam olahraga tepok bulu ayam ini, Icuk mulai memantapkan hati untuk terjun penuh dan menjadikan bulu tangkis sebagai jalur hidupnya untuk berprestasi. Belum lama bergabung dengan pelatnas, Icuk di bawah bimbingan Tahir Djide mulai menunjukkan perkembangan yang begitu pesat. Tahun 1979 itu juga, Icuk sudah berhasil menjuarai kompetisi bulu tangkis pelajar se-Asia, sekaligus menjadi kejuaraan internasional pertamanya. Berlanjut kemudian di tahun berikutnya, di nomor 
ganda putra bersama Sigit Pamungkas, Icuk menjadi juara I Kejuaraan Nasional.

Pada tahun 1989, Icuk memutuskan pensiun sebagai atlit. Namun anak-anaknya, Tommy Sugiarto dan Jauza Fadilla Sugiarto meneruskan perjuangan Icuk sebagai atlit bulu tangkis. Tommy saat berusia 14 tahun sudah berhasil membawa klub bulu tangkis Pelita Bakrie menjadi juara umum di tingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja dan Taruna serta Ganda Remaja Putra. 

Selain itu, pada tahun 2008, Tommy terpilih sebagai tunggal keempat tim Piala Thomas Indonesia dan sering tampil di ajang bulu tangkis nasional dan internasional. Gelar pertama Tommy sepanjang karirnya di superseries diperoleh dengan menjadi juara di Singapura Open Superseries 2013.



4. Susi Susanti

Lucia Francisca Susi Susanti, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971; umur 45 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia.
pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.
sumber: harianindo.com
International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.

Susi Susanti memutuskan untuk gantung raket pada tahun 1998. Sebenarnya Susi masih bisa melanjutkan kariernya selama 2 tahun ke depan dan Susi sangat ingin mendapatkan emas pada Asian Games, karena itu adalah satu-satunya pertandingan yang belum pernah Susi menangkan. Namun, setelah ia dinyatakan hamil pada tahun 1998, ia memutuskan untuk gantung raket dan tidak mengikuti Asian Games.



5. Alan Budikusuma

Mendengar nama Alan Budikusuma Wiratama pasti kita semua teringat pada seorang legenda bulutangkis Indonesia yang memenangkan emas pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Alan Budikusuma atau nama lainnya, Goei Ren Fang (nama tiongha Alan Budikusuma) lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1968. Alan Budikusuma merupakan mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang pernah mengharumkan nama Indonesia dengan meraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. 
Alan Budikusuma merupakan salah satu pemain bulu tangkis andalan Indonesia pada masanya
sumber: batamtoday.com
Alan Budikusuma merupakan salah satu pemain bulu tangkis andalan Indonesia pada masanya. Alan Budikusuma sendiri merupakan pemain bulu tangkis berketurunan Chinese, dan ini juga adalah suami dari Susi Susanti, yang juga merupakan legenda pemain bulu tangkis Indonesia. 

Prestasi Alan Budikusuma yang lainnya juga tak kalah mengagumkan. Ia pernah menjuarai Belanda Terbuka (1989), dua kali juara Thailand Terbuka, yaitu pada 1989 dan 1991, Cina Terbuka (1991), Jerman Terbuka (1992), Piala Dunia (1993), dan Malaysia Terbuka (1995). 
Setelah Olimpiade Atlanta 1996, Alan Budikusuma mengambil keputusan untuk pensiun dari bidang olahraga yang sangat dicintainya itu. Pensiun dari bulu tangkis tidak langsung memutus hubungan Alan dengan bulutangkis. Sejak pertengahan 2002, Alan bersama Susi mendirikan perusahaan yang memproduksi raket dengan merk sendiri, yaitu Astec (Alan-Susi Technology). 



6. Tan Joe Hok

Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara, lahir di Bandung, Jawa Barat, 11 Agustus 1937; umur 79 tahun adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1960-an. Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games.

Rudi Hartono pernah memenangkannya delapan kali, sementara Liem Swie Kieng tiga kali. Legenda seperti pasangan Christian Hadinata/Ade Chandra dan Verawaty/Imelda Wiguna, atau tunggal putra Haryanto Arbi juga pernah mencicipi rasanya mencium medali emas All England.
 Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games.
sumber: kabarinews.com
Namun ada satu nama yang tak boleh dilupakan ketika membicarakan sejarah panjang Merah Putih di kejuaraan di tanah Inggris tersebut. 

Pada 1959 silam, ia adalah sosok yang pertama kali mengharumkan nama Indonesia di All England. Artinya, ia juga atlet Indonesia pertama yang menorehkan prestasi kancah bulu tangkis Internasional.

Namanya? Tan Joe Hok.


7. Verawaty Fajrin

Ia merupakan atlet bulutangkis Indonesia yang malang melintang di berbagai kejuaraan dunia di era 80-an dan pebulutangkis wanita Indonesia yang pertama meraih gelar juara dunia di nomor tunggal putri. Hebatnya, bermain tunggal maupun ganda ia sama saktinya. Lebih istimewa, sebagai pemain ganda ia hampir selalu juara, meskipun sering berganti pasangan.
Ia merupakan atlet bulutangkis Indonesia yang malang melintang di berbagai kejuaraan dunia di era 80-an dan pebulutangkis wanita Indonesia yang pertama meraih gelar juara dunia di nomor tunggal putri
sumber: id.wikipedia.org
Verawaty Wiharjo, lahir di Jakarta, 1 Oktober 1957; umur 58 tahun) adalah pemain bulu tangkis terkenal Indonesia era tahun 1980an. Ia berhasil meraih banyak gelar juara baik di nomor tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Pemain-pemain yang pernah berpasangan dengannya adalah Imelda Wigoena, Ivanna Lie, Yanti Kusmiati, Bobby Ertanto, dan Eddy Hartono.



8. Taufk Hidayat

Taufik Hidayat lahir pada tanggal 10, Agustus 1981 di Bandung, Jawa Barat. Taufik Hidayat merupakan anak ke-dua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah. Pada saat Taufik berusia 7 tahun, ayahnya kerap mengajak Taufik bermain bulu tangkis di GOR Pamor. Taufik masuk klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) di Jl.Soekarno Hatta Bandung yang harus membuatnya bolak-balik Pengalengan-Bandung hanya untuk melaksanakan latihan. 
Taufik mencatatkan namanya sebagai pemain tunggal putra dengan pukulan smash tercepat yang mencapai 305 km/jam pada semifinal Kejuaraan Dunia 2006 di Madrid. Ia juga dikenal dengan pukulan backhand smash tercepat yang mencapai 206 km/jam
sumber: 4muda.com
Pada 21 Agustus 2005, dia menjadi juara dunia dengan mengalahkan pemain peringkat 1 dunia, Lin Dan di babak final, sehingga menjadi pemain tunggal putra pertama yang memegang gelar Kejuaraan Dunia BWF dan Olimpiade secara berturut-turut. Selain itu, ia juga memegang gelar juara tunggal putra Asian Games 2002 di Busan dan 2006 di Doha.

Taufik mencatatkan namanya sebagai pemain tunggal putra dengan pukulan smash tercepat yang mencapai 305 km/jam pada semifinal Kejuaraan Dunia 2006 di Madrid. Ia juga dikenal dengan pukulan backhand smash tercepat yang mencapai 206 km/jam, sehingga banyak pemain lain yang mencoba untuk melakukan hal tersebut, namun belum ada yang sebaik Taufik. Taufik juga dapat melakukan pukulan drop shot dan permainan net dengan baik.

Rutinitas tersebut pun seringkali mengganggu sekolahnya. Untuk menjalani latihan yang semakin keras, sejak masuk SMP Taufik kemudian hijrah ke Bandung. Taufik mendapat kelonggaran untuk meraih prestasi bulu tangkisnya semasa SMA. Ia diperbolehkan mengikuti ujian akhir SMA susulan di ruang perpustakaan sendirian.
Akhir karir Taufk Hidayat sebagai atlet bulu tangkis profesional Indonesia pada tahun 2013.



Referensi:
http://www.biografipedia.com/
http://www.cnnindonesia.com/

Author: