Thursday, September 1, 2016

Cara Unik Suku Asmat Bertahan Hidup

Cara Suku Asmat Hidup Di Pedalaman - Jika kemarin saya membahas tentang  keunikan seni ukir dari suku asmat, maka untuk postingan kali ini yang saya akan bahas yaitu tentang bagaimana cara hidup suku asmat di pedalaman dimulai dari mata pencaharinnya, kebudayaannya, cara bagaimana suku asmat bersosialisasi dan serba-serbi mengenai suku asmat, tapi apakah kalian cara unik yang dimiliki suku asmat untuk bertahan hidup di pedalaman, oke 'KK' selengkapnya akan saya paparkan mengenai cara yang mereka gunakan untuk  bertahan hidup.

Sebelum saya bahas kehidupan mengenai Suku Asmat, Apa dan Siapa? 'Suku asmat' Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai, sudah jelas? selanjutnya..



Apa, Mata Pencaharian Suku Asmat?

Kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hutan dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah. 
Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu
sumber: bisniskeuangan.kompas.com
Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. 



Adat Kebiasaan Suku Asmat

 Dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat, masih banyak kebiasaan yang sangat aneh atau bahkan mengerikan (O.O). Salah satunya, dari kebiasaan mereka yang sangat mengerikan dan sulit diterima akal sehat, yaitu saat mereka membunuh musuhnya, oke mendengar kata membunuh saja kita sudah merasa 'ngerii' , ada satu hal lagi yang membuat kebiasaan itu bertambah lagi mengerikannya.

Mereka masih menggunakan cara-cara zaman prasejarah.Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut dibawa pulang ke kampung. Di kampung, mayat tersebut dipotong-potong, lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk. Para penduduk itu berkumpul dan memakan potongan mayat bersama-sama. Ketika memakan mayat itu bersama-sama, para penduduk menyanyikan lagu yang mereka sebut dengan lagu kematian. Tak cukup sampai di sana, mereka pun memenggal kepala si mayat. Otak mayat itu diambil, kemudian dibungkus dengan daun sagu. Setelah itu, otak tersebut dipanggang untuk dimakan bersama-sama.Betapa mengerikan namun terlepas dari hal tersebut, ditengah perkembangan zaman kebiasaan itu sudah ditinggalkan.



Perkampungan Suku Asmat

Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri
Kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.


Bagaimana Suku Asmat Berhias?

Mereka masih berhias sesuai dengan cara mereka sendiri. Mereka mencoreng wajah dengan berbagai warna. Warna-warna tersebut mereka peroleh dengan cara yang sangat sederhana. Warna yang mereka gunakan untuk menghias wajah adalah warna merah, putih, dan hitam. Untuk warna merah, mereka dapatkan dari tanah merah yang banyak di sekitar mereka. Warna putih mereka dapatkan dari kulit kerang yang sebelumnya ditumbuk sampai halus. Dan, warna hitam, mereka dapatkan dari arang kayu, yang juga ditumbuk sampai halus.

Selain berhias bagi suku asmat kala mengukir patung adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
Baca Juga: Uniknya Seni Ukir Suku Asmat
Mereka percaya sebelum memasuki dusurga, arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.

Author: